Pada seusia SD, teringat sering diajarkan oleh pa guru di sekolahan tentang istilah apa yang disebut “mensana en komporesano”_maaf kalau salah eja. Istilah dimana dijabarkan tentang konsep pengaturan kebersihan, kesehatan, olahraga, nutrisi, dengan desain utamanya agar jiwa menjadi sehat melalui badan yang sehat. Pada masa itu, istilah diatas sangat melekat erat dalam mindset, dan kadang dengan bangga menjadi tema utama dalam “kampanye prestasi” dikalangan semuannya, ibu bapak, saudara-saudara, juga teman sejawat.
Hari ini keyakinan totalitas mindset itu menjadi kendor. Melihat fenomena permasalahan bangsa sekarang ini, dihubungkan dengan definisi yang luas dan paling hakiki dari apa yang disebut jiwa yang sehat, kadang terbersit pertanyaan, apa benar jiwa yang sehat (pasti) terletak dalam badan yang sehat (mensana en komporesano)?
Bahwa rumah harus bersih, rapi, tertib, adem, sehat,…ya iya. Bahwa halaman, petamanan, genting dan tembok, dapur, kamar tidur, kamar mandi, kakus harus bersih dan sehat,… ya pasti. Bahwa rambut, badan, pakaian, bahkan kuku tangan kaki dan ketiak harus bersih dan sebisa-bisa beraroma harum,…ya tentu saja. Bahwa makanan, minuman, jajanan, cemilan, harus empat sehat lima sempurna, ..ya setuju.
Tetapi kesehatan dan kebersihan itu punya makna yang lebih luas, dan apa yang telah kita buktikan sebagai kesehatan dan kebersihan fisik (badan yang sehat), pada saat tertentu tidak menjamin kesehatan dan kebersihan yang hakiki (jiwa yang sehat), sebab yang jauh lebih penting untuk disehatkan dan dibersihkan adalah jiwa manusia, pola pikirnya, kepribadiannya, mentalnya, hatinya, perilakunya, amalannya, serta segi-segi kualitas kehidupannya.