Cari Blog Ini

Minggu, 03 Januari 2010

Tentang "Jiwa yang Sehat" dalam “Mensana en Komporesano”

Pada seusia SD, teringat sering diajarkan oleh pa guru di sekolahan tentang istilah apa yang disebut “mensana en komporesano”_maaf kalau salah eja. Istilah dimana dijabarkan tentang konsep pengaturan kebersihan, kesehatan, olahraga, nutrisi, dengan desain utamanya agar jiwa menjadi sehat melalui badan yang sehat. Pada masa itu, istilah diatas sangat melekat erat dalam mindset, dan kadang dengan bangga menjadi tema utama dalam “kampanye prestasi” dikalangan semuannya, ibu bapak, saudara-saudara, juga teman sejawat.

Hari ini keyakinan totalitas mindset itu menjadi kendor. Melihat fenomena permasalahan bangsa sekarang ini, dihubungkan dengan definisi yang luas dan paling hakiki dari apa yang disebut jiwa yang sehat, kadang terbersit pertanyaan, apa benar jiwa yang sehat (pasti) terletak dalam badan yang sehat (mensana en komporesano)?

Bahwa rumah harus bersih, rapi, tertib, adem, sehat,…ya iya. Bahwa halaman, petamanan, genting dan tembok, dapur, kamar tidur, kamar mandi, kakus harus bersih dan sehat,… ya pasti. Bahwa rambut, badan, pakaian, bahkan kuku tangan kaki dan ketiak harus bersih dan sebisa-bisa beraroma harum,…ya tentu saja. Bahwa makanan, minuman, jajanan, cemilan, harus empat sehat lima sempurna, ..ya setuju.

Tetapi kesehatan dan kebersihan itu punya makna yang lebih luas, dan apa yang telah kita buktikan sebagai kesehatan dan kebersihan fisik (badan yang sehat), pada saat tertentu tidak menjamin kesehatan dan kebersihan yang hakiki (jiwa yang sehat), sebab yang jauh lebih penting untuk disehatkan dan dibersihkan adalah jiwa manusia, pola pikirnya, kepribadiannya, mentalnya, hatinya, perilakunya, amalannya, serta segi-segi kualitas kehidupannya.

Pastinya hari ini kita akan kurang bersepakat dengan doktrin “mensana en komporesano”, bahwa jiwa yang sehat (pasti) terletak dalam badan yang sehat. Hari ini mudah-mudahan menjadi semakin melek, bahwa negara kita ini dalam banyak kasus tertentu dirugikan besar-besaran oleh orang-orang yang badannya sehat-sehat, subur-subur, bergizi dan “ngilap” kulitnya. Bahwa kasus-kasus yang menunjukan bagaimana uang rakyat disunati oleh orang-orang yang punya kekuasaan, orang-orang yang berbadan sehat, senantiasa berpakaian rapi dan berdasi, orang-orang dengan kulit bersih dan harum. Bahwa dalam beberapa kasus, hutan indonesia di babat habis oleh orang-orang yang berbadan sehat, yang menu makanannya sesuai standar empat sehat lima sempurna, yang kalau suatu waktu sakit tidak terbiasa diperiksa dan bahkan tidak pernah menginjak pelataran di puskesmas. Manisnya berdemokrasi disuatu waktu kadang dirusak oleh orang yang berbadan sehat, yang mampu menggerakan masa akar rumput dengan imbalan makanan bergizi, dan bahwa dalam waktu tertentu universalnya ajaran dan nilai agama mampu dan sering dirusak oleh orang yang berbadan bersih dan sehat.